Minggu, 14 Juli 2013

Proposal Skripsiku yang pertama (05-05-12)






PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN MODEL PROBING-PROMTING PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA




PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Biologi







Oleh: Indarti
4401410063










JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012


BAB I PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Pembelajaran biologi merupakan kegiatan belajar mengenai hubungan kehidupan sehari-hari dan sering dialami setiap masyarakat. Pembelajaran biologi seharusnya dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran berlangsung menyenangkan. Selain itu guru harus menyelenggarakan   pembelajaran   dan  menumbuh  kembangkan   potensi siswa-siswanya.  Disamping  itu juga  dapat  mneaktifakan  kegiatan  siswa agar lebih aktif dalam tanya jawab.
Namun demkian kenyataan di lapangan hasil pembelajaran  bilogi pada materi sistem ekskresi  jauh berbeda karena hasil belajar siswa yang rendah  dibawah  nilai KKM.  Terbukti  pada semestaer  2 tahun pelajaran
2011/2012. Hasil belajar siswa yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor internal seperti beberapa siswa ada yang pandai sebagian lainnya kurang aktif sata pembelajaran dan cara mengajar guru yang menggunakan model pembelajaran yang tudak menarik sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.
Pembelajaran  Biologi  di SMP  sebenarnya  menarik  apabila  guru dapat menggunakan    pembelajaran yang sesuai materi pembahasan. Pada dasarnya semua model baik digunakan tergantung bagaimana guru dapat menyampaikan  saat mengajar  sehingga siswa dapat tertarik pada materi tersebut. Pembelajaran biologi pada materi sistem ekskresi manusia akan lebih menarik apabila menggunakan probing-promting siswa dapat berfikir dengan mengkaitkan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang dipelajari   selanjutnya   siswa   dapat   mengkonstruksi   konsep   tersebut menjadi  pengetahuan  yang  baru.  Dengan     menggunakan  model pembelajaran    Probing-Promting  saat  ini sangat  membantu  guru  dalam mengajarkan dalam materi sistem ekskresi. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk menguji model pembelajaran tersebut.
Berdasarkan   latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian tentang peningkatan  hasil belajar melalui pembelajaran  model


Probing-Promting pada materi sistem ekskresi manusia di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Semarang.


B.  Rumusan Masalah

Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran   model   Probing-Promting   pada   materi   sistem   ekskresi manusia kelas VIII di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG?


C.  Tujuan penelitian

1.   Untuk   meningkatkan   hasil   belajar   siswa   pada   materi   sistem ekskresi   manusia   kelas   VIII   di   SMP   MUHAMADIYAH   3
SEMARANG.

2.   Untuk menguji model Probing-Promting dapat meningkatkan hasil hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi manusia kelas VIII di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG


D.  Manfaat penelitian

1.   Bagi siswa

Siswa  dapat  meningkatkan  hasil  belajar  biologi  materi  sistem ekskresi kelas VIII.
2.   Bagi guru

Guru dapat  menggunakan  model  Probing-Promting  dan menjadi bahan  refernsi  atau  bahan  pertimbangan  untuk  dapat meningkatakan proses dan hasil pembelajaran.


E.  Penegasan Istilah

1.   Model pembelajaran Probing-Promting

Teknik Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali  sehingga  terjadi  proses  berpikir  yang  mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang  sedang  dipelajari.  Selanjutnya  siswa  mengkonstruksi  konsep-


prinsip-aturan  menjadi  pengetahuan  baru,  dengan  demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan  model  pembelajaran  ini  proses  tanya  jawab  dilakukan dengan  menunjukkan  siswa  secara  acak  sehingga  setiap  siswa  mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.


2.   Penelitian Eksperimen

Eksperimen atau percobaan artinya menguji coba suatu tindakan yang dilakukan   untuk   mengecek   atau   menyalahkan   hipotesis.   Dalam penelitian  ini  akan  menguji  apakah  variabel  bebas  (sebab)  adalah teknik  pembelajaran  dapat  mempengaruhi  akibat  (variabel  terikat) adalah hasil belajar siswa .


3.   Peningkatan

Dalam   penelitian   ini   perubahan   hasil   belajar   yang   lebih   baik ditunjukkan  dengan  hasil  pre  test-post  test  kelompok  eksperimen setelah mendapat perlakuan lebih baik dari hasil pre test-post test kelas kontrol.


4.   Hasil belajar

Dalam penelitian ini instrument soal berbentuk berbentuk soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda yang akan dijadika alat ukur hasil belajar siswa


BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.  Landasan Teori

1.   Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan   belajar,   baik  itu  seseorang   melaksanakan   aktivitas   sendiri, maupun  di  dalam  suatu  kelompok  tertentu.  Dipahami  ataupun  tidak dipahami,  sesungguhnya  sebagian  besar  aktivitas  di  dalam  kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan, tidak ada ruang dan waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar.
Definisi belajar sudah banyak dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya, yaitu menurut Gagne dan Berlin dalam Ani (2006:2) bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena  hasil  dari  pengalaman.  Sedangkan  Salvin  berpandangan  bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
Hamalik  (2011:27-28)  menyatakan  belajar  memiliki  dua pengertian, yang pertama belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan atau pengalaman. Sedangkan pengertian kedua yaitu suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Witherington dalam Aunurrahman (2009:35) mengemukaan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, atau kepribadian.
Nasution (1992:3) menyatakan belajar adalah aktivitas yang menghasilkan  perubahan  pada  diri  individu  yang  belajar,  baik  aktual maupun  potensial.  Slamet  (2010:2)  menyatakan   belajar  adalah  suatu proses   usaha   yang   dilakukan   seseorang   untuk   memperoleh   suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut  James  O. Whittaker  dalam  Ahmadi  dan Supriyono  (2004:126)


belajar    dapat    didefinisikan    sebagai    proses    dimana    tingkah    laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan  perilaku  individu  yang ditimbulkan  karena  hasil  pengalaman atau latihan.


2.   Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar   atau   peserta   didik   setelah   mengalami   aktivitas   belajar. Perolehan  aspek-aspek  perubahan  perilaku  tersebut  tergantung  apa yang dipelajari  oleh  pembelajar.  Oleh  karena  itu  apabila  pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa pengusaan konsep.
Definisi mengenai hasil belajar dintaranya yaitu menurut Sudjana (2004) dalam http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/ belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang setelah menerima pengalaman belajarnya. Gagne     dalam Aunurrahman (2009:47) menyimpulkan ada lima macam hasil belajar, yaitu: (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap.
Keterampilan intelektual adalah hasil pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah  baru dengan jalan mengatur proses internal  masing-masing  individu  dalam  memperhatikan,  belajar, mengingat, dan berfikir. Informasi verbal adalah   kemampuan untuk mendiskripsikan    sesuatu   dengan   kata-kata   dengan   jalan   mengatur informasi-informasi  yang relevan. Keterampilan motorik, yaitu kemapuan untuk  melaksanakan  dan  mengkoordinasi  gerakan-gerakan  yang berhubungan  dengan otot. Sikap adalah suatu kemampuan  internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.


Dari definisi  di atas dapat disimpulkan  bahwa kemampuan  yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajar yang mencakup keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,  keterampilan motorik, dan sikap.


3.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Seperangkat faktor yang memberikan kontribusi belajar adalah kondisi  internal  dan eksternal  pembelajaran.  Kondisi  internal  mencakup kondisi fisik dan kondisi psikis. Kondisi fisik misalnya   kesehatan organ tubuh, sedangkan    kondisi psikis misalnya kemampuan intelektual, emosional,  dan  kondisi  sosial.  Kondisi  eksternal  mencakup  variasi  dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana, dan budaya belajar masyarakat. (Anni, 2006:14).
Faktor-faktor yang mempempengaruhi hasil belajar dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut (Nasution, 1992:5).
Alami



Luar



Faktor
Lingkungan



Instrumental
Sosial Kurikulum Program
Saran dan fasilitas

Guru


Fisiologis
Kondisi fisiologis umum

Kondisi panca indera

Dalam


Psikologi
Minat Kecerdasan Bakat
Motivasi



Kemampuan kognitif


Bagan tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a.   Faktor lingkungan, terdiri dari lingkungan alami dan sosial. Lingkungan alami  seperti  suhu,  kelembaban   udara  berpengaruh   terhadap   hasil


belajar. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya  maupun  yang berwujud  hal-hal  lain, langsung berpengaruh terhadap hasil belajar.
b.    Faktor-faktor    Instrumental,    yaitu    faktor    yang    pengadaan    dan penggunaanya dirancangkan    sesuai    dengan    hasil    belajar    yan diharapkan.   Evaluasi   mengenai   keberhasilan   usaha   belajar   harus memperhitungkan faktor-faktor instrumental itu.
c. Faktor fisiologis, terdiri atas kondisi fisiologis umum yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang, seperti orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan.  Selain kondisi fisiologis  umumnya itu, hal yang tidak kalah pentingnya  yaitu kondisi panca indera, terutama penglihatan dan pendengaran.
d.   Faktor psikologi, yaitu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar, seperti minat, kecerdasan, bakat, motifasi, serta kemampuan kognitif.
Ahmadi   dan   Supriyono   (2004:138)   juga   mengemukakan bahwa faktor-faktor  yang mempengaruhi  belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup faktor jasmaniah dan faktor psikologis sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari  uraian  di  atas  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  faktor- faktor yang mempengaruhi  hasil belajar yaitu hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal).


4.   Hakikat Pembelajaran dan Mengajar

Teori  belajar  mendiskripsikan  pembelajaran  sebagai  berikut:  (1) usaha pendidik memberikan tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan   tingkah   laku   peserta   didik;   (2)   cara   pendidik   memberikan kesempatan  pada peserta didik untuk berfikir agar memahami  apa yang


dipelajari; (3) memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Rifa’i dan Anni, 2009:192).
Menurut Briggs (1992, dalam Sugandi dan Haryanto 2006:8) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian  rupa  sehingga  si belajar  itu memperoleh  kemudahan  dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Menurut Gagne (1985, dalam Sugandi dan Haryanto 2006:9) pembelajaran akan memberikan makna jika orientasinya pada bagaimana si belajar berperilaku, yang merupakan kumpulan proses yang bersifat individual yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran  adalah  perangkat  peristiwa  yang mempengaruhi  si belajar atau peserta didik oleh pendidik yang memberikan kesempatan untuk memperoleh kemudahan agar berinteraksi dengan lingkungan sehingga menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.


1.    Pembelajaran Biologi

Pada dasarnya,  hakikat  pembelajaran  biologi  yaitu pengajaran peserta didik untuk dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat  menambah  kekuatan  untuk  menerima,  menyimpan,  dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Menurut  Carin  dan  Sund  dalam  Trianto  (2007:100)  biologi sebagai  “pengetahuan   yang  sistematis  dan  tersusun  secara  teratur, berlaku umum (universal),  dan berupa kumpulan  data hasil observasi dan eksperimen. Sehingga dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu  pengetahuan  alam  adalah  pengetahuan  manusia  mengenai  alam dan  gejala-gejalanya  yang  didapatkan  melaluai  observasi  dan eksperimen  yang  sistematik,  tersusun  secara  teratur,  belaku  secara umum serta   dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan,  hokum-hukum, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.


Pembelajaran   biologi  sebaiknya   dilaksanakan   secara  inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja  dan  bersikap  ilmiah  serta  mengkomunikasikannya   sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran biologi di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.


2.   Pembelajaran dengan Teknik Probing Promting

Pengertian  Probing-Question  menurut  bahasa  adalah penyelidikan. Probing berupa pertanyaan yang bersifat menggali, merupakan pertanyaan berkelanjutan yang mendorong siswa untuk mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya. Pendapat lain Probing-Promting adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan  satau  seri  pertanyaan  untuk  membimbing  siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya agar dapat membangunnya sendiri menjadi penegetahuan baru (Sudarti, 2008:13). Bila siswa tidak dapat menjawab atau mengalami kebuntuan jawaban, maka tugas guru adalah membimbing siswa melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan   yang  dapat   mengarahkan   ke  jawaban   yang
benar.

Probing-Question atau pertanyaan menggali menurut Mamo dan Idris  (Rosdiana,  2010:12)  yaitu  pertanyaan  yang  bersifat  menggali untuk  mendapatkan  jawaban  lebih  lanjut  dari  murid  guna mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga hasil berikutnya lebih jelas, akurat serat lebih beralasan.
Langkah pertama  dalam pembelajaran  dengan teknik Probing- Promting adalah dengan menghadapkan  siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki (masalah). Ketika siswa berada dalam situasi ini, siswa akan mengalami pertentanagn denagn latar belakang pengetahuannya,  sehingga  siswa  akan  berfikir  dan  berusaha memecahkan  masalah  yang diberikan,  secara  langsung  maupun  tidak

langsung hal ini tidak akan mengasah kemampuan pemecahan masalah siswa.

Promting-Question atau menuntun menurut Marno dan Idris (Rosdiana,   2010:11)   merupakan   pertanyaan   yang   diajukan   untuk memberi   arah   kepada   murud   dalam   proses   berpikirnya.   Hal   ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatiakn dengan seksama bagian tertentu atau ini pelajaran yang diangap penting. Dari segi lain, apaila siswa tidak menjawab atau salah menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan pertanyaan lanjuatan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa, sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Menurut Jacobsen, Eggen dan Kauchak (Rosdiana, 2010:12) promting question diajukan untuk menghadapi jawaban-jawaban  yang salah atau benar namun tidak cukup kuat denagn cara yang informatif dan humanis  sedangkan  promting  question  menurut  Marno  dan  Idris (Rosdiana, 2010:12) dapat digunakan sebagai teknik untuk meningkatkankualiatas dan kuantitas jawaban siswa. Pertanyaaan ini bermaksud untuk menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang
benar.

Berdasarkan   pengertian   di   atas,   dapat   disimpulakn   bahwa Probing-promting question adalah pertanyaan yang diajukan untuk pendalam konsep. Pada awalnya pertanyaan yang mengarahkan  siswa untuk  memeahami  konsep  yang  dimaksud,  bila dirasa  sudah  paham, maka pertanyaan yang diberiakn lebih menekankan pada penyelidikan, mendalami konsep yang dipahami.
Teknik Probing-Promting merupakan suatu teknik pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun   dan   menggali   sehingga   terjadi   proses   berpikir   yang mengkaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Peranan teknik ini adalah menjadi jalan alternatif untuk mempermudah     siswa    melakukan     akomodasi     dan    membangun


pengetahuannya sendiri. Siswa mengkonstruksi sendiri konsep-prinsip- aturan menjadi pengetahuan baru. Menurut wijaya (Rosdiana, 2010:12) aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini adalah   dengan   melakuakan    observasi   (dengan   cara   mengamati, mengukur atau mencatat data), menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan.
Dalam teknik probing-promting  di kelas terdapat dua aktivitas salng barhubungan yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir yang saling berhubungan, yaitu aktiviatas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan fisik berusaha membangun pengetahuannya  dan aktivitas guru yang berusaha membimbing siswanya. Aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini menurut wijaya (Rosdiana, 2010:12) adalah dengan melakukan observasi (dengan cara mengamati,  mengukur  dan mencatat  data), menjawab  pertanyaan  dan mengajukan pertanyaan sanggahan.
Berikut ini adalah tahap-tahap pembelajaran pada materi sistem ekskresi  manusia  kelas VIII di SMP MUHADIYAH  3 SEMARANG dengan  teknik  probing-promting   yang  diadaptasi  dari  development
model, Joce dan Weil (Rosdiana, 2010:13)


TAHAP I
Menghadapkan pada situasi baru yang mengandung teka-teki (menyajikan masalah) melalui gambar, peragaan dan lain-lain



TAHAP II
Tunggu beberapa saat (1-3 menit)



TAHAP III
Ajukan pertanyaan sesuai indikator



TAHAP IV
Tunggu beberapa saat (1-3 menit)


TAHAP V
Meminta seorang siswa untuk menjawabnya







Respon siswa?



TAHAP VI
Mengajukan pertanyaasesuai indicator dengan satu seri pertanyaan probing promting


Tahap VII
Mengajukan pertanyaan akhir untuk mengauji indidkator


Gambar 1 Tahap-tahap Pembelajarn Probing-Promting

1.   Tahap  I,  menghadapkan  siswa  pada  situasi  baru  (berupa  penyajian masalah) misal dengan memperlihatkan gambar, alat, menunjuk gambar atau situasi lain yang mengandung teka-teki.
2.   Tahap II, menunggu beberapa saat (1-3) untuk memberikan kesempatan kepada siswa memahami masalah
3.   Tahap  II,  mengajuakn  pertanyaan   sesuai  dengan  indikator   kepada seluruh siswa
4. Tahap IV, menunggu beberapa saat (1-3) menit untuk memberikan kesempatan kepada siswa merumuskan jawabannya.
5.   Tahap  V,  meminta   salah  satu  siswa  untuk  menjawab   pertanyaan tersebut.
6.   Tahap VI, dari respon pertama siswa itu, apabila jawabannya  relevan dan benar, maka mintalah tanggapan dari siswa yang lainnya untuk menyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung,  dan  berilah  pujian  atas  jawaban  yang  benar.  Namun apabila jawaban tidak releva, maka ajukanlah beberapa pertanyaan yang menuntut  siswaberpikir  pada tingkat yang lebih tinggi samapai  siswa dapat  menjawab  pertanyaan  tersebut.  Pertanyaan  yang diajukan  pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam satu kegiatan probing-promting.


7.   Tahap  VII,  mengajukan  pertanyaan  akhir  siswa  yang  berbeda  untuk lebih   menekannakan   bahwa   indicator   tersebut   benar-benar   telah dipahami siswa.


Bila suatu pembelajaran  dengan mengguanakn  teknik probing- promting tidak ada siswa yang menegjukan pertanyaan, menurut Rooijakkers  (Kurniati,  2006;57)”  Bukan  berarti tidak  ada yang perlu ditanyakan. Mungkin mereka tidak berani mengajukan”. Hal ini dapat dipancing dengan membentuk kelompok berbisik (Buzz group) terdiri dari tiga sampai empat orang yang berdekatan untuk merundingkan dan menyusun satu atau lebih pertanyaan dalan waktu kurang dari 5 menit.




Mengajar telah banyak definisikan oleh para ahli, diantaranya Hamalik (2009:57) menyatakan bahwa mengajar adalah aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya sehingga  menciptakan  kesempatan  bagi  anak  untuk  melakukan  proses belajar secara efektif.
Menurut Nasution (1992:109) mengajar adalah pekerjaan transpormatif yang dilakukan oleh seorang guru atau oleh suatu tim dalam rangka   mengoptimasikan   pencapaian   tingkat   kematangan   dan  tujuan belajar anak didik. Menurut Sardiman dalam (http://wawan- junaidi.blogspot.com/2011/02/)  mengajar didefinisikan sebagai suatu aktifitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan  dengan  anak,  sehingga  terjadi  proses  belajar.Nasution dalam (http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-mengajar.html) menyatakan  mengajar  didefinisikan  sebagai  segenap  aktifitas  kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan suatu proses belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu    aktifitas    yang    disengaja    untuk    mengorganisasikan     dalam


hubungannya  dengan anak didik dan bahan pengajaran,  sehingga terjadi proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.


B.  Kerangka Berfikir

Kerangka Berpikir yang penulis hasilkan berupa kerangka berpikir komparatif (membandingkan) pada peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran   model  Probing-Promting   di  SMP  MUHAMADIYAH   3
SEMARANG.

Salah satu materi yang ada pada pelajaran IPA di SMP yaitu mengenai Sistem ekskresi pada manusia.. Dengan menggunakan pembelajaran  melalui  ceramah,  proses  pembelajaran  kurang  aktif,  serta tidak adanya suatu tindakan timbal balik baik dari guru ke siswa maupun siswa dengan siswa lainnya.
Oleh sebab itu untuk memaksimalkan pembelajaran maka perlu adanya  model  pembelajaran  yang  tepat  untuk  membelajarkan  pelajaran IPA di SMP. Pembelajaran kooperatif    model probing-promting pembelajaran IPA khususnya materi rangka dan sistem ekskresi pada manusia. Model probing-promting untuk mempermudah siswa melakukan akomodasi  dan  membangun  pengetahuannya  sendiri.  Siswa mengkonstruksi  sendiri konsep-prinsip-aturan  menjadi pengetahuan baru. Aktivitas  siswa  yang diharapkan  dalam  pembelajaran  dengan  teknik ini adalah dengan melakukan observasi (dengan cara mengamati, mengukur atau  mencatat  data),  menjawab  pertanyaan  dan  mengajukan  pertanyaan atau  sanggahan.  Dari  kegiatan  tersebut  dapat  membantu  meningkatkan hasil belajar siswa.


C.  Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian  yang  relevan  maka  hipotesis  dalam  penelitian  ini  dirumuskan sebagai  berikut:  Peningkatan  hasil  belajar  siswa  yang menggunakan  model Probing-Promting   ditunjukkan   dengan  hasil  pre  test-post  test  kelompok


eksperimen setelah mendapat perlakuan lebih baik dari hasil pre test-post test

kelas kontrol.


BAB III METODE PENELITIAN


A.  Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG pada semester genap tahun 2012/2013.


B.  Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kelas VIII di SMP MUHADIYAH 3 SEMARANG yang berjumlah 2 kelas, yaitu kelas VIII A, VIIIB, VIII C dan VIII D. Kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelompok kontrol. Untuk kelas VIII A berjumlah
36 siswa (laki-laki 18 siswa dan perempuan 18 siswa) dan kelas VIII B berjumlah 36 siswa (laki-laki 16 siswa dan perempauan 20 siswa).  Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2002)


C.  Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

1.   Variabel Bebas

Variabel  bebas  dalam  penelitian  ini  adalah  model  pembelajaran

Probing-Promting

2.   Variabel Terikat

Variabel  terikat  dalam  penelitian  ini  adalah  peningkatan  hasil belejar siswa dengan ditunjukkn hasi pre test-post test.
3.   Varibel Kendali/ kontrol

Variabel  kendali  dalam  penelitian  ini  adalah  jumlah  siswa  dan waktu.


D.  Rancangan Penelitian

Penelitian     ini    merupakan     penelitian     True    Eksperimen     denagn menggunakan  rancanagan  Random  Subject Postt-test only control group

design. Perlakuan dikenakan terhadap suatu kelompok subyek penelitian kemudian dilakuakan pengukuran terhadap variabel terikat. Rancangan tersebut dapat dilihat pada

E                     T0    X   T1
R
K                    T01  -     T2



Keterangan:

E         : kelompok eksperimen

K         : kelompok kontrol

R         : random

X         : treatment

T0            : hasil pengukuran sebelum treatment pada kelompok eksperimen T1            : hasil pengukuran setelah treatment pada kelompok eksperimen T01          : hasil pengukuran sebelum pembelajaran pada kelompok kontrol T2            : hasil pengukuran setelah pembelajaran pada kelompok kontrol


E.  Prosedur Penelitian

1.   Persiapan

Pada  tahap  awal  dilakuakn   observasi  awal  terhapa  pembelajaran biologi di di SMP MUHAMADIYAH  3 SEMARANG denagn teknik pengamatan dan wawancara.
2.   Perencanaan

Pada tahap perenacanaan peneliti menyusun pernagkat untuk melakasanakan  proses pembelajaran yang telah ditentuakn. Perangkat tersebut antara lain:
a.   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusuan   RPP  ini  dilaksanakn   sebelum  melakukan   kegiatan belajar mengajar mengenai sistem ekskresi denagn memperhatikan langkah-langakh yang diterapkan oleh guru.
b.  Membuat kisi-kisi instrument


Sebelum instrrumen penelitian disusun perlu dibuat kisi-kisi penyusunan instrument. Kisi-kisi adalah format berbentuk matriks yang  memuat  informasi  untuk  diajadiak  pedoman  untuk menuliskan soal menjadi tes.
c.   Membuat lembar observasi kerja guru

Lembar  observasi  observasi  kerja  guru  digunakan  untuk mengamati kinerja guru dalam pembelajaran.
d.  Membuat lembar penilaian aktivitas siswa

Lembar  penilaian   aktiviatas  berupa  lembar  penilaian  aktivitas siswa pada saat pembelajaran.
e.   Soal tes

Soal-soal   tes   yang   dibuat   bertujuan   untuk   mengetahui   daya tangakap  atau  pemahaman  siswa  tentang  materi  sistem  ekskresi yang telah dipelajari. Soal tes yang diguanakn beruap pilihan ganda denagn emapt alternative jawaban
f.   Uji coba soal tes

Setelah perangkat tes disusun kemudian dialkuakn ui coaba. Tujuannya untuk mengetahi apakah soal layak digunakan sebagai alat  mengambil  data  tau tidak.  Indiaktornya  dengan  menghitung validiats, reabilitas, day pembeda dan taraf kesukaran.
g.   Analisis uji coba instrumen

1.   Validiatas butir soal

Suatu         ukuran         yang         menunjukkan          tingkatan kevalidan/kesahihan                  suatu    instrument.    Suatu    instrument diaktakan valid apabial mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto;  2005).  Teknik  uji  coba  validitas  yang  digunakan dalam penelitian ini adalah uji valid instrument dengan menggunakan teknik korelasi product movement.
Rumus yang digunakan:
ܰ  ܻܺ  ( ܺ)( ܻ)
ඥ{ܰ. ݔଶ  ( Ý”)ଶ }{ܰ. ܻଶ  ( ܻଶ  ( ܻ à¬¶)}



Keterangan:

Rxy= koefisien korelasi antara skor item dengan skor toatal

N= jumlah peserta
X= jumlah skor item
Y = jumlah skor total
XY=jumlah perkalian skor item denagn skor total
xଶ= jumlah kuadrat skor item
Yଶ =jumlah kuadrat skor total
2.   Reabilitas
Suatu soal dikatakan reliable  jika soal tersebut  dapat memberikan hasil yang tetap. Hali ini berarti jika soal tersebut apat memberiak hasil yang sama juga.

݇
ݎ11 = ൬

ܵ à¬¶   pq
ቆ                    á‰‡



Keterangan:

݇  1             ܵଶ


r11                     : reabilitas instrument k                : banyaknya item soal S2                     : varian toatal
P                : porporsi subjek menjawab item yang benar q                : porporsi subjek menjawab item yang salah


a.   Daya pembeda soal

Adalah kemampuan suatu soal untuk memnbedakan siawa panadai (kemampuan tinggi) deanagn siswa yang bodoh (kemampuan renadah). Angak yang menunjukkn besarnya daya
pembeda disebut indeks deskriminasi (D).







Keterangan:

ܦܲ =

ܤܣ      Ü¤Ü¤
ܬܣ        Ü¬Ü¤

= ܲÜ£  ܲܤ


DP       : daya pembeda


BA       : banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB          :banyaknya  kelompok  bawah  yang  menjawab  soal dengan benar
JA        : banyaknya peserta kelompok atas

JB        : banyaknya peserta kelompok bawah

PA       : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB       :  proporsi  peserta  kelompok  bawah  yang  menjawab benar


b.  Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tiadak terlau mudah atau tidak terlalu sukar. Dengan perhitungan tingkat kesulitan dapat diketahui deangan muadah atau sukar yang ditunjukkan dengan indeks kesukaran soal.
Rumus yang digunakan: Keterangan :
=  
P   : indeks kesukaran

B   : banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar

JS  : jumlah peserta tes



c.   Tahap-tahap penelitian

1.  Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun     untuk   mencapai    tujuan   pembelajaran    sesuai deanagn kompetensi dasar dan indikator.
2.   Melakasanakan  penilaian  atau evaluasi  baik selam proses pembelajaran maupun produknya


F.  Data dan Cara Pengumpulan Data

1.   Sumber data


Sumber  data yang digunakan  dalam penelitian  ini adalah  siswa dan guru.
2.   Jenis data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif. a.   Hasil tes siswa tentang pemahaman konsep
b.   Aktivitas siswa dalam pemebelajaran

c.   Tanggapan   siswa   dan   guru   terhadap   metode   pembelajaran eksperimen.
d.   Kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar.

3.   Cara Pengambilan Data

Cara pengambialan data yang dialakukan adalah sebagai berikut:

a.   Data  hasil  belajar  siswa  diambil  dalam  bentuk  penugasan  dan evalauasi akhir.
b.   Data   aktivitas   siswa   diambil   dengan   lembar   obseravasi   dari aktivitas belajar siswa selama pembelajaran.
c.   Data  tanggapan  siswa  dan  guru  terhadap  model  pembelajaran eksperimen diambil dengan metode angket.
d.   Data kinerja guru diambil dengan mengamati kinerja guru selama proses pembejaran dengan lembar observasi.


G.  Metode Analisis Data

a.   Menghitung skor perolehan penugasan dan evaluasi akhir

Jumlah skor perolehan

Skor penugasan =                                               X  100

Skor maksimal ideal

Jumlah skor penugasan

Rata-rata nilai penugasan =

3


Jumlah skor evaluasi

Skor penugasan =                                             X  100

Skor maksimal ideal


c.   Menghitung nilai akhir belajar siswa (Arikunto; 2005) A+B+2C

NA =

4

Dengan kriteria:

85-100


: sangat tinggi


(A)
70-84
: tinggi
(B)
60-69
: cukup
(C)
50-59
: sangat renadah
(D)
05-50
: rendah
(E)


d.   Analisis kinerja guru dihitung

Analisis kinerja guru dihitung dengan menggunakan rumus:



Jumlah skor perolehan

Skor penugasan =                                               X 100

Skor maksimal



Dengan kriteria:

85%-100%            : sangat baik

70%-84%              : baik

60%-69%              : cukup baik

50%-59%              : kurang

05-50%                  : rendah


Data tanggapan siawa dan guru tentang penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran materi sistem ekskresi dianalisis dan disimpulkan sesuai jawaban yang dikemukakan dalam angket.
Data tanggapan siswa tentang penerapan metode eksperimen dan pembelajaran dihitung dengan rumus:


Jumlah yang menjawab

Presentase =                                               X 100% Jumlah siswa


H.  Indikator Kinerja

Metode   eksperimen   ini   efektif   diterapakan   apabila   indicator   yang ditentukan tercapai. Indikatornya adalah sebagi berikut:
1. Sekurang-kurangya  75% siswa memperoleh nilai 65. Sesuai dengan

criteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh SMP MUHADIYAH

3 SEMARANG

2. Sebanyak 75% siswa mencapai aktivitas belajar dengan kriteria tinggi dan kualifikasi nilai B.


DAFTAR PUSTAKA



Ali,  Mohammad.  2009.  Pendidikan  untuk  Pembangunan  Nasional.  Bandung: Imtima Anni, Chatharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.
Aries, Erna Febru. (2008). Penelitian Eksperimen. http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-eksperimen/.     (30
Mei 2011)

Arikunto,   Suharsimi.   2009.  Dasar-dasar   Evaluasi   Pendidikan.   Jakarta:bumi

Aksara.

Baharudin  dan  Esa  Nur  Wahyuni.  2008.  Teori  Belajar  dan  Pembelajaran.

Jogjakarta: Ar Ruzz Media.

Hernawan, Asep Hery, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Universitas terbuka

Mariana, Made Alit dan Wandy Praginda. 2009. Hakikat Ipa dan Pendidikan IPA

untuk Guru SMP. Bandung: P4TK IPA

Munib,  Achmad.  2007.  Pengantar  Ilmu  Pendidikan.  Semarang  : MKK  Unnes Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Diperbanyak oleh CV Eko Jaya 133,
Priyatno,  Duwi.  2010.  Teknik  Mudah  dan  Cepat  Melakukan  Analisis  Data

Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media

Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

Pemula.Bandung: Alfabeta

Rustad,  Supriyadi.  2010.  Panduan  Penulisan  Karya  Ilmiah  Universitas  Negeri

Semarang. Semarang: Unnes Press.

Soripada. (2010). Konsep Sekolah Model dan Intrumen Verifikasi Sekolah Model SMA.                  http://www.psb-psma.org/content/berita/konsep-sekolah-model- dan-intrumen-verifikasi-sekolah-model-sma. (28 Maret 2011).
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian  Administrasi.  Bandung: Alfabeta Sugiyono,

2010. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar