PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI
PEMBELAJARAN MODEL PROBING-PROMTING PADA MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Biologi
Oleh: Indarti
4401410063
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran biologi merupakan kegiatan belajar mengenai hubungan kehidupan sehari-hari dan sering
dialami setiap masyarakat.
Pembelajaran biologi seharusnya dapat mengaktifkan siswa sehingga pembelajaran berlangsung menyenangkan. Selain itu guru
harus menyelenggarakan pembelajaran dan menumbuh kembangkan potensi
siswa-siswanya. Disamping itu juga dapat mneaktifakan
kegiatan
siswa agar
lebih aktif dalam tanya jawab.
Namun demkian
kenyataan di lapangan
hasil pembelajaran bilogi pada materi sistem ekskresi jauh
berbeda karena hasil belajar siswa yang
rendah dibawah nilai KKM.
Terbukti
pada semestaer 2 tahun pelajaran
2011/2012. Hasil belajar siswa yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor internal seperti beberapa siswa ada yang pandai sebagian
lainnya kurang aktif sata pembelajaran dan cara mengajar guru yang menggunakan model pembelajaran yang tudak menarik sehingga siswa merasa jenuh dan bosan.
Pembelajaran
Biologi
di SMP
sebenarnya menarik apabila guru dapat
menggunakan pembelajaran yang sesuai materi pembahasan. Pada dasarnya semua model baik digunakan tergantung bagaimana
guru dapat menyampaikan saat mengajar
sehingga siswa dapat tertarik pada materi tersebut. Pembelajaran biologi pada materi sistem ekskresi manusia akan lebih
menarik apabila menggunakan probing-promting siswa dapat berfikir
dengan mengkaitkan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang
dipelajari selanjutnya siswa
dapat
mengkonstruksi konsep tersebut
menjadi pengetahuan yang baru. Dengan menggunakan model pembelajaran Probing-Promting
saat
ini sangat membantu
guru dalam mengajarkan dalam materi sistem ekskresi. Oleh karena itu perlu
adanya penelitian untuk menguji model pembelajaran tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar
melalui pembelajaran model
Probing-Promting pada materi
sistem ekskresi manusia
di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Semarang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan menggunakan
pembelajaran model Probing-Promting pada materi
sistem
ekskresi
manusia kelas VIII di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG?
C. Tujuan
penelitian
1. Untuk
meningkatkan hasil
belajar siswa pada
materi sistem ekskresi manusia kelas
VIII
di
SMP
MUHAMADIYAH 3
SEMARANG.
2. Untuk menguji model Probing-Promting dapat meningkatkan hasil hasil
belajar siswa pada materi sistem
ekskresi manusia kelas VIII di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG
D. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa
Siswa
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
biologi materi
sistem ekskresi kelas VIII.
2. Bagi guru
Guru dapat menggunakan
model Probing-Promting dan menjadi bahan
refernsi
atau bahan pertimbangan untuk dapat meningkatakan proses dan hasil pembelajaran.
E. Penegasan Istilah
1. Model pembelajaran Probing-Promting
Teknik Probing-Prompting adalah pembelajaran dengan cara
guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi
proses
berpikir
yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya
siswa
mengkonstruksi
konsep-
prinsip-aturan
menjadi
pengetahuan
baru, dengan demikian
pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan
model
pembelajaran
ini proses tanya jawab dilakukan
dengan menunjukkan siswa secara acak sehingga
setiap
siswa
mau tidak
mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari proses
pembelajaran, setiap saat ia
bisa dilibatkan dalam proses tanya
jawab.
2. Penelitian Eksperimen
Eksperimen atau percobaan artinya menguji coba suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengecek atau menyalahkan
hipotesis. Dalam
penelitian ini
akan menguji apakah variabel
bebas
(sebab)
adalah teknik pembelajaran
dapat mempengaruhi akibat (variabel
terikat) adalah hasil belajar siswa .
3. Peningkatan
Dalam penelitian ini
perubahan hasil belajar
yang
lebih
baik ditunjukkan
dengan
hasil
pre test-post test
kelompok eksperimen
setelah mendapat perlakuan
lebih baik dari hasil pre
test-post test kelas kontrol.
4. Hasil belajar
Dalam penelitian
ini instrument soal berbentuk
berbentuk soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda yang akan dijadika alat ukur hasil
belajar siswa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
Dalam kehidupan
sehari-hari hampir tidak pernah terlepas
dari kegiatan belajar, baik itu seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami
ataupun
tidak dipahami, sesungguhnya sebagian
besar
aktivitas
di dalam kehidupan
sehari-hari merupakan kegiatan
belajar. Dengan demikian dapat dikatakan,
tidak ada ruang dan
waktu di mana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar.
Definisi belajar sudah
banyak dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya, yaitu menurut Gagne dan Berlin dalam Ani (2006:2) bahwa belajar merupakan
proses dimana suatu organisme mengubah
perilakunya karena hasil
dari pengalaman. Sedangkan Salvin berpandangan
bahwa belajar merupakan perubahan individu
yang disebabkan oleh pengalaman.
Hamalik
(2011:27-28)
menyatakan
belajar memiliki dua pengertian, yang pertama belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan atau pengalaman. Sedangkan pengertian kedua yaitu
suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Witherington dalam Aunurrahman (2009:35)
mengemukaan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola
baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, atau kepribadian.
Nasution (1992:3)
menyatakan belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan
pada
diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. Slamet
(2010:2)
menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut James O. Whittaker dalam Ahmadi
dan Supriyono (2004:126)
belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
Dari definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu perubahan perilaku individu yang ditimbulkan karena hasil pengalaman atau latihan.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar atau
peserta didik setelah
mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan
perilaku tersebut
tergantung apa yang dipelajari
oleh
pembelajar.
Oleh
karena
itu apabila pembelajar
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa pengusaan
konsep.
Definisi mengenai hasil belajar dintaranya yaitu menurut Sudjana (2004) dalam http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/ belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang setelah menerima
pengalaman belajarnya. Gagne
dalam Aunurrahman (2009:47)
menyimpulkan ada lima macam hasil belajar, yaitu: (1)
keterampilan
intelektual, (2) strategi kognitif,
(3) informasi verbal, (4)
keterampilan motorik, dan (5) sikap.
Keterampilan intelektual adalah hasil pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan
masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal
masing-masing
individu
dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan
berfikir. Informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu
dengan
kata-kata dengan
jalan
mengatur
informasi-informasi yang relevan.
Keterampilan motorik, yaitu kemapuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasi
gerakan-gerakan
yang berhubungan dengan otot. Sikap adalah
suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang
yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor intelektual.
Dari definisi
di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajar yang mencakup keterampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, keterampilan
motorik, dan sikap.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Seperangkat faktor yang
memberikan kontribusi belajar adalah kondisi internal dan eksternal
pembelajaran.
Kondisi internal
mencakup kondisi fisik dan kondisi
psikis. Kondisi fisik misalnya kesehatan
organ tubuh, sedangkan
kondisi psikis misalnya kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial. Kondisi eksternal
mencakup
variasi
dan derajat
kesulitan materi yang
dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana, dan budaya belajar masyarakat. (Anni, 2006:14).
Faktor-faktor yang mempempengaruhi hasil belajar dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut (Nasution, 1992:5).
Alami
Luar
Faktor
|
Lingkungan
Instrumental
|
Sosial Kurikulum Program
Saran dan fasilitas
Guru
|
|
Fisiologis
|
Kondisi fisiologis umum
Kondisi panca indera
|
||
|
Dalam
|
Psikologi
|
Minat Kecerdasan Bakat
Motivasi
|
|
|
|
Kemampuan kognitif
|
Bagan tersebut di atas dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Faktor
lingkungan, terdiri dari lingkungan alami dan sosial. Lingkungan alami seperti
suhu,
kelembaban udara berpengaruh terhadap hasil
belajar. Lingkungan
sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya maupun yang berwujud
hal-hal
lain, langsung
berpengaruh terhadap hasil belajar.
b. Faktor-faktor Instrumental, yaitu
faktor
yang pengadaan dan penggunaanya dirancangkan sesuai dengan
hasil belajar yan diharapkan. Evaluasi mengenai keberhasilan usaha belajar
harus
memperhitungkan faktor-faktor instrumental itu.
c. Faktor fisiologis, terdiri atas
kondisi fisiologis umum yang
sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang, seperti orang yang dalam
keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya
dari orang yang dalam keadaan kelelahan.
Selain kondisi fisiologis umumnya itu, hal yang tidak kalah pentingnya
yaitu kondisi panca indera, terutama
penglihatan dan pendengaran.
d. Faktor psikologi, yaitu semua keadaan
dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar,
seperti minat, kecerdasan, bakat, motifasi, serta kemampuan kognitif.
Ahmadi dan
Supriyono (2004:138) juga
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup faktor jasmaniah dan faktor psikologis sedangkan faktor eksternal meliputi
faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari
uraian
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari
dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal).
4. Hakikat Pembelajaran dan Mengajar
Teori belajar mendiskripsikan pembelajaran
sebagai
berikut:
(1) usaha pendidik memberikan tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan)
dengan tingkah laku
peserta didik; (2)
cara
pendidik memberikan
kesempatan pada
peserta didik untuk berfikir agar memahami
apa yang
dipelajari; (3) memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Rifa’i dan Anni, 2009:192).
Menurut Briggs (1992, dalam Sugandi dan
Haryanto 2006:8) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar
itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Menurut Gagne (1985, dalam Sugandi dan Haryanto 2006:9) pembelajaran akan
memberikan makna jika orientasinya pada bagaimana si belajar
berperilaku, yang merupakan
kumpulan proses yang bersifat individual
yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang
ke dalam sejumlah informasi yang
selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
Dari definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah perangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar atau peserta didik oleh pendidik yang memberikan kesempatan untuk memperoleh kemudahan agar
berinteraksi dengan lingkungan
sehingga menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.
1. Pembelajaran Biologi
Pada dasarnya, hakikat pembelajaran
biologi yaitu pengajaran peserta didik untuk dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Menurut
Carin
dan Sund dalam Trianto (2007:100) biologi sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara
teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data
hasil observasi dan eksperimen. Sehingga dari definisi
di atas dapat disimpulkan
bahwa ilmu pengetahuan
alam adalah pengetahuan manusia mengenai
alam dan gejala-gejalanya yang didapatkan
melaluai
observasi
dan eksperimen yang sistematik, tersusun secara teratur,
belaku
secara umum
serta dijelaskan dengan
bantuan aturan-aturan, hokum-hukum,
teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.
Pembelajaran biologi sebaiknya dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran biologi di SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
2. Pembelajaran dengan Teknik Probing Promting
Pengertian
Probing-Question
menurut
bahasa adalah penyelidikan. Probing
berupa pertanyaan yang bersifat menggali,
merupakan pertanyaan berkelanjutan yang mendorong siswa untuk mendalami jawaban
terhadap pertanyaan sebelumnya. Pendapat lain Probing-Promting adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satau seri pertanyaan untuk membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya agar
dapat membangunnya sendiri
menjadi penegetahuan baru (Sudarti, 2008:13). Bila siswa tidak dapat menjawab atau mengalami kebuntuan jawaban, maka tugas guru adalah membimbing siswa melalui pemberian
pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mengarahkan ke jawaban
yang
benar.
Probing-Question
atau pertanyaan
menggali menurut Mamo dan Idris (Rosdiana, 2010:12) yaitu
pertanyaan
yang bersifat menggali
untuk mendapatkan jawaban lebih
lanjut dari
murid guna mengembangkan kualitas
jawaban yang pertama, sehingga
hasil berikutnya lebih jelas, akurat serat lebih beralasan.
Langkah pertama
dalam pembelajaran dengan teknik
Probing- Promting adalah dengan menghadapkan siswa pada situasi
baru yang mengandung teka-teki (masalah). Ketika siswa berada dalam situasi
ini, siswa akan mengalami
pertentanagn denagn latar belakang
pengetahuannya, sehingga
siswa
akan
berfikir
dan berusaha memecahkan
masalah
yang diberikan, secara langsung
maupun
tidak
langsung hal ini tidak akan mengasah
kemampuan pemecahan masalah
siswa.
Promting-Question
atau
menuntun menurut Marno dan Idris (Rosdiana, 2010:11) merupakan pertanyaan yang
diajukan untuk
memberi arah kepada
murud
dalam
proses
berpikirnya. Hal
ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatiakn dengan seksama bagian
tertentu atau ini pelajaran yang diangap penting.
Dari segi lain, apaila siswa tidak menjawab atau salah menjawab,
guru mengajukan pertanyaan
lanjutan pertanyaan lanjuatan
yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa, sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan
jawaban dari pertanyaan
tersebut.
Menurut Jacobsen,
Eggen dan Kauchak (Rosdiana,
2010:12) promting question
diajukan untuk menghadapi jawaban-jawaban yang salah
atau benar namun tidak cukup kuat denagn
cara yang informatif
dan humanis sedangkan
promting
question
menurut
Marno
dan Idris (Rosdiana, 2010:12)
dapat digunakan sebagai teknik
untuk meningkatkankualiatas dan kuantitas jawaban siswa. Pertanyaaan ini bermaksud untuk menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang
benar.
Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulakn bahwa
Probing-promting question adalah pertanyaan yang diajukan untuk pendalam konsep. Pada awalnya
pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
memeahami
konsep
yang dimaksud, bila
dirasa sudah paham,
maka pertanyaan yang diberiakn lebih menekankan pada penyelidikan,
mendalami konsep yang dipahami.
Teknik Probing-Promting merupakan suatu teknik pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan
menggali sehingga terjadi
proses
berpikir yang mengkaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
Peranan teknik ini
adalah menjadi jalan alternatif untuk mempermudah siswa
melakukan akomodasi dan
membangun
pengetahuannya sendiri.
Siswa mengkonstruksi sendiri konsep-prinsip-
aturan menjadi pengetahuan baru. Menurut wijaya (Rosdiana, 2010:12) aktivitas siswa yang
diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini adalah dengan
melakuakan observasi
(dengan
cara
mengamati,
mengukur atau mencatat data), menjawab
pertanyaan dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan.
Dalam teknik
probing-promting di kelas terdapat dua aktivitas salng barhubungan yaitu aktivitas
siswa yang meliputi aktivitas berpikir
yang saling berhubungan, yaitu aktiviatas siswa yang meliputi
aktivitas berpikir dan fisik berusaha
membangun pengetahuannya dan aktivitas guru yang berusaha membimbing siswanya. Aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dengan teknik ini menurut wijaya (Rosdiana, 2010:12)
adalah dengan melakukan observasi
(dengan cara mengamati, mengukur dan mencatat
data), menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan sanggahan.
Berikut ini adalah tahap-tahap pembelajaran pada materi sistem ekskresi manusia
kelas VIII di SMP MUHADIYAH 3 SEMARANG dengan teknik
probing-promting yang diadaptasi dari development
model, Joce dan Weil (Rosdiana, 2010:13)
TAHAP I
Menghadapkan pada situasi baru yang mengandung teka-teki
(menyajikan masalah) melalui gambar,
peragaan dan lain-lain
TAHAP II
Tunggu beberapa
saat (1-3 menit)
TAHAP III
Ajukan pertanyaan sesuai indikator
TAHAP IV
Tunggu beberapa
saat (1-3 menit)
TAHAP V
Meminta
seorang siswa untuk menjawabnya
Respon siswa?
TAHAP VI
Mengajukan pertanyaasesuai indicator
dengan satu seri pertanyaan probing promting
Tahap VII
Mengajukan pertanyaan akhir untuk mengauji indidkator
Gambar 1 Tahap-tahap Pembelajarn Probing-Promting
1. Tahap I, menghadapkan siswa pada situasi baru (berupa
penyajian masalah) misal dengan memperlihatkan gambar,
alat, menunjuk gambar atau situasi lain yang mengandung teka-teki.
2. Tahap II, menunggu beberapa saat (1-3) untuk memberikan
kesempatan
kepada siswa memahami
masalah
3. Tahap II, mengajuakn pertanyaan sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa
4. Tahap IV, menunggu beberapa saat (1-3)
menit untuk memberikan
kesempatan kepada siswa merumuskan jawabannya.
5. Tahap V, meminta salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan
tersebut.
6. Tahap
VI, dari respon
pertama siswa itu, apabila jawabannya relevan dan benar, maka mintalah tanggapan
dari siswa yang lainnya untuk menyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang
berlangsung, dan berilah pujian atas jawaban
yang
benar.
Namun apabila jawaban tidak releva, maka ajukanlah beberapa
pertanyaan yang menuntut siswaberpikir pada tingkat
yang lebih tinggi
samapai siswa dapat menjawab pertanyaan
tersebut.
Pertanyaan
yang diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam satu kegiatan probing-promting.
7. Tahap VII,
mengajukan pertanyaan akhir siswa
yang
berbeda
untuk lebih
menekannakan bahwa indicator
tersebut benar-benar telah
dipahami siswa.
Bila suatu pembelajaran
dengan mengguanakn teknik probing- promting tidak ada siswa yang menegjukan pertanyaan, menurut Rooijakkers (Kurniati, 2006;57)”
Bukan
berarti tidak
ada yang perlu ditanyakan. Mungkin mereka tidak berani mengajukan”. Hal ini dapat dipancing dengan
membentuk kelompok berbisik
(Buzz group) terdiri dari tiga sampai empat orang yang berdekatan untuk merundingkan dan menyusun satu atau lebih pertanyaan dalan waktu kurang dari 5 menit.
Mengajar telah banyak definisikan oleh para ahli, diantaranya
Hamalik (2009:57) menyatakan bahwa mengajar adalah aktifitas
mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya sehingga menciptakan
kesempatan
bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif.
Menurut Nasution
(1992:109) mengajar adalah pekerjaan
transpormatif yang dilakukan
oleh seorang guru atau oleh suatu
tim dalam
rangka mengoptimasikan pencapaian tingkat kematangan
dan tujuan
belajar anak didik.
Menurut Sardiman dalam (http://wawan- junaidi.blogspot.com/2011/02/) mengajar didefinisikan sebagai suatu aktifitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan
anak,
sehingga
terjadi
proses belajar.Nasution
dalam (http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-mengajar.html) menyatakan mengajar didefinisikan
sebagai segenap
aktifitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan suatu proses belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu aktifitas yang
disengaja untuk
mengorganisasikan dalam
hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka Berpikir
yang penulis hasilkan berupa kerangka berpikir
komparatif (membandingkan) pada peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran model Probing-Promting di SMP MUHAMADIYAH 3
SEMARANG.
Salah satu materi yang ada pada pelajaran IPA di
SMP yaitu
mengenai Sistem ekskresi
pada manusia.. Dengan menggunakan
pembelajaran melalui ceramah, proses
pembelajaran
kurang
aktif, serta tidak adanya suatu tindakan
timbal balik baik dari
guru ke siswa maupun siswa dengan siswa lainnya.
Oleh sebab itu
untuk memaksimalkan pembelajaran maka perlu adanya model pembelajaran
yang tepat untuk membelajarkan pelajaran IPA di SMP. Pembelajaran kooperatif model
probing-promting pembelajaran IPA khususnya materi rangka dan sistem ekskresi
pada manusia. Model probing-promting untuk mempermudah siswa melakukan akomodasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Siswa mengkonstruksi sendiri konsep-prinsip-aturan
menjadi pengetahuan baru. Aktivitas siswa
yang diharapkan dalam
pembelajaran
dengan
teknik ini adalah dengan
melakukan observasi (dengan
cara mengamati, mengukur
atau mencatat data), menjawab
pertanyaan
dan mengajukan pertanyaan
atau sanggahan. Dari kegiatan
tersebut
dapat membantu meningkatkan
hasil belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian
latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil
penelitian yang relevan maka hipotesis
dalam
penelitian
ini dirumuskan sebagai
berikut:
Peningkatan
hasil belajar siswa yang
menggunakan model
Probing-Promting ditunjukkan dengan hasil pre
test-post
test
kelompok
eksperimen setelah mendapat
perlakuan lebih baik dari hasil pre test-post
test
kelas kontrol.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG pada semester genap tahun 2012/2013.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kelas VIII di
SMP MUHADIYAH 3 SEMARANG yang berjumlah 2 kelas, yaitu kelas VIII A, VIIIB, VIII C dan VIII D. Kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen
dan kelas VIII B sebagai
kelompok kontrol. Untuk kelas VIII A berjumlah
36 siswa (laki-laki 18 siswa
dan perempuan 18 siswa)
dan kelas VIII B berjumlah
36 siswa (laki-laki
16 siswa dan perempauan
20 siswa). Sampel
diambil dengan teknik purposive sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan adanya tujuan tertentu
(Arikunto, 2002)
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran
Probing-Promting
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian
ini
adalah
peningkatan
hasil belejar siswa dengan ditunjukkn
hasi pre test-post test.
3. Varibel Kendali/
kontrol
Variabel kendali dalam penelitian
ini
adalah
jumlah
siswa
dan waktu.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian True
Eksperimen denagn
menggunakan rancanagan Random Subject Postt-test only control group
design. Perlakuan dikenakan
terhadap suatu kelompok subyek penelitian kemudian dilakuakan pengukuran terhadap variabel
terikat. Rancangan tersebut dapat dilihat pada
E T0 X T1
R
K T01 - T2
Keterangan:
E : kelompok
eksperimen
K : kelompok
kontrol
R : random
X : treatment
T0
: hasil pengukuran sebelum
treatment pada kelompok
eksperimen T1
: hasil pengukuran setelah treatment pada kelompok eksperimen
T01 : hasil pengukuran sebelum
pembelajaran pada kelompok kontrol T2
: hasil pengukuran setelah pembelajaran pada kelompok kontrol
E. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Pada
tahap
awal
dilakuakn observasi awal terhapa pembelajaran biologi di di SMP MUHAMADIYAH 3 SEMARANG denagn
teknik pengamatan dan wawancara.
2. Perencanaan
Pada tahap perenacanaan peneliti menyusun pernagkat
untuk melakasanakan proses pembelajaran yang telah ditentuakn. Perangkat tersebut antara lain:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusuan RPP ini dilaksanakn sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar
mengenai sistem ekskresi denagn memperhatikan langkah-langakh yang diterapkan oleh guru.
b.
Membuat kisi-kisi
instrument
Sebelum instrrumen penelitian disusun perlu dibuat kisi-kisi penyusunan instrument. Kisi-kisi adalah
format berbentuk matriks yang
memuat informasi untuk diajadiak pedoman untuk menuliskan soal menjadi tes.
c. Membuat lembar observasi kerja guru
Lembar
observasi
observasi
kerja
guru digunakan untuk
mengamati kinerja guru dalam pembelajaran.
d. Membuat lembar penilaian aktivitas
siswa
Lembar
penilaian aktiviatas berupa lembar penilaian
aktivitas siswa pada saat pembelajaran.
e. Soal tes
Soal-soal tes
yang dibuat bertujuan untuk
mengetahui daya tangakap
atau pemahaman siswa tentang materi sistem
ekskresi yang telah dipelajari. Soal tes
yang diguanakn beruap pilihan ganda denagn emapt alternative jawaban
f. Uji coba soal tes
Setelah perangkat
tes disusun kemudian dialkuakn
ui coaba. Tujuannya untuk mengetahi apakah soal layak
digunakan sebagai
alat mengambil data tau tidak.
Indiaktornya
dengan
menghitung validiats, reabilitas, day pembeda dan taraf kesukaran.
g. Analisis uji coba instrumen
1. Validiatas butir soal
Suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan
kevalidan/kesahihan suatu instrument. Suatu
instrument
diaktakan valid apabial mengukur
apa yang hendak diukur (Arikunto; 2005). Teknik
uji
coba
validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji valid instrument dengan menggunakan teknik
korelasi product movement.
Rumus yang digunakan:
ܰ ∑ ܻܺ − (∑ ܺ)(∑ ܻ)
ඥ{ܰ. ∑ ݔଶ − (∑ Ý”)ଶ }{ܰ. ∑ ܻଶ − (∑ ܻଶ − (∑ ܻ ଶ)}
Keterangan:
Rxy= koefisien
korelasi antara skor item dengan skor toatal
N= jumlah peserta
∑ X= jumlah skor item
∑ Y = jumlah skor total
∑ XY=jumlah perkalian skor item denagn skor total
∑ xଶ= jumlah kuadrat skor item
∑ Yଶ =jumlah kuadrat
skor total
2. Reabilitas
Suatu soal dikatakan
reliable jika soal tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Hali ini
berarti jika soal tersebut
apat memberiak hasil yang sama juga.
݇
ݎ11 = ൬
ܵ ଶ − ∑ pq
൰ቆ ቇ
Keterangan:
݇ − 1 ܵଶ
r11 : reabilitas instrument k : banyaknya item soal S2 : varian toatal
P
: porporsi subjek menjawab item yang benar q : porporsi subjek menjawab
item yang salah
a. Daya pembeda soal
Adalah kemampuan
suatu soal untuk memnbedakan siawa panadai (kemampuan
tinggi) deanagn siswa yang
bodoh (kemampuan renadah). Angak yang menunjukkn besarnya
daya
pembeda disebut indeks deskriminasi (D).
Keterangan:
ܦܲ =
ܤܣ ܤܤ
−
ܬܣ ܬܤ
= ܲÜ£ − ܲܤ
DP : daya pembeda
BA : banyaknya
kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB :banyaknya
kelompok
bawah
yang
menjawab
soal dengan
benar
JA : banyaknya
peserta kelompok atas
JB : banyaknya
peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok
atas yang menjawab
benar PB : proporsi peserta kelompok
bawah
yang
menjawab benar
b. Taraf
Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tiadak terlau mudah atau tidak terlalu sukar. Dengan perhitungan tingkat kesulitan dapat diketahui deangan muadah atau
sukar yang ditunjukkan dengan indeks kesukaran soal.
Rumus yang digunakan:
Keterangan :
ࡼ =
ࡶࡿ
P : indeks kesukaran
B : banyaknya
siswa yang menjawab
soal yang benar
JS : jumlah peserta tes
c. Tahap-tahap penelitian
1. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai
deanagn kompetensi dasar dan indikator.
2. Melakasanakan penilaian atau evaluasi
baik selam proses pembelajaran maupun produknya
F. Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
dan guru.
2. Jenis data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif. a. Hasil
tes siswa tentang
pemahaman konsep
b. Aktivitas siswa dalam pemebelajaran
c. Tanggapan siswa
dan
guru
terhadap metode
pembelajaran
eksperimen.
d. Kinerja guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
3. Cara Pengambilan Data
Cara pengambialan data yang dialakukan
adalah sebagai berikut:
a. Data hasil belajar siswa diambil
dalam
bentuk
penugasan
dan evalauasi akhir.
b. Data
aktivitas siswa
diambil
dengan
lembar
obseravasi dari aktivitas belajar siswa selama pembelajaran.
c. Data tanggapan siswa dan guru
terhadap
model
pembelajaran eksperimen diambil
dengan metode angket.
d. Data
kinerja guru diambil
dengan mengamati kinerja
guru selama proses pembejaran dengan lembar observasi.
G. Metode
Analisis Data
a. Menghitung skor perolehan penugasan
dan evaluasi akhir
Jumlah skor perolehan
Skor penugasan
= X 100
Skor maksimal
ideal
Jumlah skor penugasan
Rata-rata nilai penugasan
=
3
Jumlah skor evaluasi
Skor penugasan
= X 100
Skor maksimal
ideal
c. Menghitung nilai akhir belajar siswa (Arikunto;
2005) A+B+2C
NA =
4
Dengan kriteria:
85-100
|
: sangat tinggi
|
(A)
|
70-84
|
: tinggi
|
(B)
|
60-69
|
: cukup
|
(C)
|
50-59
|
: sangat renadah
|
(D)
|
05-50
|
: rendah
|
(E)
|
d. Analisis kinerja guru dihitung
Analisis kinerja guru dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah skor perolehan
Skor penugasan
= X 100
Skor maksimal
Dengan kriteria:
85%-100%
: sangat baik
70%-84%
: baik
60%-69%
: cukup baik
50%-59%
: kurang
05-50% : rendah
Data tanggapan
siawa dan guru tentang penerapan
metode eksperimen dalam pembelajaran materi sistem ekskresi dianalisis dan disimpulkan
sesuai jawaban yang dikemukakan
dalam angket.
Data tanggapan
siswa tentang penerapan metode eksperimen dan pembelajaran dihitung
dengan rumus:
Jumlah yang menjawab
Presentase = X 100% Jumlah siswa
H. Indikator Kinerja
Metode eksperimen ini
efektif
diterapakan apabila
indicator yang ditentukan tercapai. Indikatornya adalah sebagi berikut:
1. Sekurang-kurangya
75% siswa memperoleh nilai
≥ 65. Sesuai dengan
criteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh SMP MUHADIYAH
3 SEMARANG
2. Sebanyak ≥ 75% siswa mencapai aktivitas belajar dengan kriteria
tinggi dan kualifikasi nilai B.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Mohammad.
2009. Pendidikan untuk Pembangunan
Nasional.
Bandung: Imtima Anni, Chatharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Unnes Press.
Aries, Erna Febru. (2008). Penelitian Eksperimen.
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-eksperimen/. (30
Mei 2011)
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:bumi
Aksara.
Baharudin dan
Esa
Nur
Wahyuni.
2008.
Teori
Belajar
dan
Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Hernawan, Asep Hery, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas terbuka
Mariana, Made Alit dan Wandy Praginda. 2009. Hakikat Ipa dan Pendidikan IPA
untuk Guru SMP. Bandung: P4TK IPA
Munib,
Achmad.
2007. Pengantar Ilmu Pendidikan.
Semarang
: MKK
Unnes Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74
tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Diperbanyak oleh CV Eko Jaya 133,
Priyatno, Duwi.
2010.
Teknik
Mudah
dan
Cepat
Melakukan
Analisis
Data
Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media
Riduwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian untuk
Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula.Bandung: Alfabeta
Rustad, Supriyadi.
2010.
Panduan
Penulisan
Karya
Ilmiah
Universitas
Negeri
Semarang. Semarang: Unnes Press.
Soripada. (2010). Konsep Sekolah Model dan Intrumen Verifikasi Sekolah Model SMA. http://www.psb-psma.org/content/berita/konsep-sekolah-model- dan-intrumen-verifikasi-sekolah-model-sma. (28 Maret 2011).
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Sugiyono,
2010. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar